Apr 29 (News On Japan) - Surat bermeterai Oda Nobunaga, yang menampilkan stempel merah pribadinya, telah ditemukan di Kuil Hyakusaiji di Kota Higashiomi, Prefektur Shiga, sekitar 100 tahun setelah keberadaannya tidak diketahui.
Menurut pihak kota, surat tersebut pernah diperkenalkan dalam sebuah buku sejarah lokal sekitar satu abad yang lalu namun sejak itu hilang. Baru-baru ini, surat itu ditemukan disimpan di dalam kotak kayu di antara sekitar 1.000 dokumen kuno milik kuil tersebut.
Surat tersebut memuat gelar resmi Nobunaga "Danjo no Chu" serta stempel merah terkenalnya yang bertuliskan "Tenka Fubu" (Menguasai Negeri dengan Kekuatan). Diyakini surat itu ditujukan kepada Kuil Hyakusaiji, kekuatan lokal yang berpengaruh saat itu, tak lama setelah Nobunaga merebut benteng klan saingannya, Rokkaku.
"Saya merasa sangat bersemangat dan terkejut. Itu benar-benar momen 'akhirnya kami menemukannya'," kata Kazufumi Ashita dari Divisi Promosi Budaya Hutan Kota Higashiomi.
Pejabat kota berkomentar bahwa dokumen ini sangat penting tidak hanya karena menjamin hak dan properti kuil, tetapi juga karena menunjukkan pengakuan khusus Nobunaga terhadap kuil tersebut sebagai tempat doa.
Oda Nobunaga adalah seorang daimyo kuat di Jepang abad ke-16 yang memainkan peran kunci dalam penyatuan negara selama periode Sengoku akhir. Lahir pada tahun 1534 di Provinsi Owari, ia naik ke puncak kekuasaan melalui kombinasi kecemerlangan militer, aliansi strategis, dan ambisi tanpa ampun.
Nobunaga dikenal karena upayanya membongkar tatanan feodal tradisional, melemahkan kekuasaan biara-biara Buddha dan klan-klan saingan, serta memperkenalkan metode peperangan baru, termasuk penggunaan senjata api secara efektif.
Kepemimpinannya yang berani mengarah pada perebutan Kyoto dan pembentukan otoritas pusat, yang menjadi dasar bagi penyatuan di masa depan. Visi Nobunaga tentang "Tenka Fubu"—menguasai negeri dengan kekuatan—menjadi prinsip utamanya. Namun, kebangkitannya terhenti ketika ia dikhianati oleh salah satu jenderalnya sendiri, Akechi Mitsuhide, dan dipaksa melakukan seppuku dalam Insiden Honnoji pada tahun 1582.
Source: YOMIURI