HOKKAIDO, Apr 27 (News On Japan) - Sistem penjara Jepang sedang mengalami perubahan besar seiring persiapan untuk memperkenalkan "hukuman penahanan," beralih dari kerja paksa tradisional yang menekankan hukuman menuju fokus baru pada rehabilitasi.
Di garis depan perubahan ini adalah Penjara Tsukigata di Hokkaido, di mana petugas dan narapidana terlibat dalam dialog terstruktur yang bertujuan untuk mendorong refleksi dan membangun kembali kepercayaan. Sesi-sesi ini menandai pergeseran besar dari model lama, dengan petugas bergulat dengan keraguan mereka sendiri apakah mereka benar-benar membantu narapidana atau hanya terlihat terlalu lunak.
Di Penjara Tsukigata, pertemuan kelompok bulanan mendorong narapidana untuk memikirkan perasaan korban kejahatan dan mengeksplorasi makna penyesalan sejati. Petugas mengajukan pertanyaan mendalam, menantang narapidana untuk berempati dengan mereka yang telah mereka rugikan. Sebaliknya, narapidana menyatakan bahwa penyesalan sejati harus melibatkan pemahaman dan berbagi rasa sakit korban, yang sangat berbeda dari hubungan yang dulu dingin antara narapidana dan staf penjara.
Untuk lebih menyempurnakan pendekatan ini, petugas penjara mencari inspirasi dari Bethel House, sebuah fasilitas di Urakawa, Hokkaido, di mana individu dengan skizofrenia dan gangguan mental lainnya telah mempraktikkan "riset partisipatif" selama lebih dari 40 tahun. Alih-alih mengobati gejala secara medis, Bethel House mendorong anggotanya untuk meneliti perjuangan mereka sendiri, membagikannya secara terbuka, dan bekerja sama mencari solusi. Model refleksi diri dan dukungan timbal balik ini diadaptasi untuk digunakan di dalam penjara, menawarkan cetak biru potensial untuk mencegah pelanggaran berulang.
Selama kunjungan ke Bethel House, petugas Penjara Tsukigata mengamati bagaimana penduduk terlibat secara mendalam dengan pengalaman kesulitan dan pemulihan mereka. Melalui dialog, mereka mengungkap pemicu pribadi dan membangun ketahanan tanpa mengandalkan kontrol otoriter. Petugas mencatat adanya kesamaan antara perjuangan kesehatan mental dan siklus kejahatan serta residivisme yang terlihat di antara narapidana, menyadari bahwa membangun sistem dukungan yang berkelanjutan adalah kunci untuk reintegrasi yang sukses ke masyarakat.
Narapidana di Penjara Tsukigata yang berpartisipasi dalam sesi dialog mulai menunjukkan perubahan. Mereka semakin melihat petugas penjara sebagai sesama manusia, bukan hanya sebagai penegak yang jauh, dan mengungkapkan komitmen untuk mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat dan menghindari pelanggaran ulang. Kepercayaan, yang dulunya rapuh, kini menjadi sesuatu yang secara aktif diupayakan oleh narapidana. Para petugas pun mengubah pola pikir mereka, berusaha tidak memanjakan atau melunakkan narapidana, melainkan menemukan pendekatan terbaik untuk mendorong rehabilitasi yang sejati.
Pendekatan berbasis dialog yang dipelopori di Penjara Tsukigata telah menyebar ke fasilitas lain, termasuk Penjara Sapporo dan penjara di luar Hokkaido. Direktur Bethel House, Ikuro Mukaiuchi, secara pribadi mengunjungi penjara-penjara untuk membantu pelaksanaan reformasi ini. Saat Jepang mendekati dimulainya sistem hukuman penahanan baru, masih ada pertanyaan tentang jalan terbaik ke depan, tetapi benih dari model rehabilitasi yang lebih manusiawi dan berbasis dialog mulai berakar di balik dinding penjara.
Source: HBCニュース 北海道放送